Sabtu, 27 Desember 2008

USAHA GURU DALAM MELIBATKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENDAHULUAN


Paradigma pembelajaran berpusat pada siswa,atau siswa menjadi subyek pembelajaran merupakan hal yang sangat penting untuk perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.Keberadaan peserta didik perlu pengakuan sepenuhnya.Bahwa mereka adalah pribadi-pribadi yang memiliki kompetensi beragam,kompetensi-kompetensi inilah yang menjadi modal guru untuk dapat mengoptimalkan perkembangan kemampuannya,mereka bukanlah kertas putih yang siap untuk ditulisi.

Menurut Bobbi DePorter dalam bukunya Quantum Learning;mengetahui karakteristik pelajar yang beragam,ada yang visual,auditorial,dan kinestetik akan membantu guru mencurahkan diri pada modalitas belajar terbaik yang dapat dilaksanakan.

Sikap profesinal seorang pendidik,kreatif,inovatif,dan terbuka pada setiap perkembangan informasi dan teknologi merupakan hal yang sangat penting yang harus dimilki oleh seorang pendidik (guru).Jika guru memiliki sikap demikian,maka untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran,guru tersebut akan senantiasa mencari dan merancang pembelajaran yang interaktif yang mampu melibatkan peran serta peserta didik dalam proses pembelajaran.

Prinsip pengajaran,menurut NCTM,adalah mengajar matematika yang efektif memerlukan pemahaman tentang apa yang siswa ketahui dan perlukan untuk belajar,kemudian memberi tantangan dan mendukung mereka untuk mempelajarinya dengan baik.

Dalam makalah ini,akan disampaikan kajian teori dan pengalaman guru di lapangan dalam upaya meningkatkan peran serta peserta didik dalam pembelajaran secara umum dan khususnya pada pembelajaran matematika.

Sedangkan prinsip pembelajaran menurut NCTM adalah para siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.


KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Matematika

Penyelenggaraan pembelajaran matematika tidaklah mudah karena fakta

menujukk an bahwa para siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika (Jaworski,1994).

Proses pembelajaran adalah fenomena yang kompleks.Segala sesuatunya berarti,setiap kata,pikiran,tindakan,dan asosiasi,dan sampai sejauh mana seorang pendidik (guru) menggubah lingkungan,presentasi,dan rancangan pembelajaran,sejauh itu pula proses pembelajaran berlangsung,demikian pendapat Lazanov,yang dikutip oleh Bobbi dePorter dalam bukunya Quantum Teaching.

Proses pembelajaran pada saat ini,tidak lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada peserta didik.Peserta didik menjadi subyek dalam proses pembelajaran.

Ada empat pilar pembelajaran yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik,yaitu;learning to know,learning to do,learning to be, dan learning to live together (Hamzah B Uno,profesi kependidikan;98).

Dengan demikian,pada pembelajaran matematika ,seorang pendidik harus memahami benar tentang hakekat dan karakteristik matematika sekolah,supaya mampu membelajarkan siswa secara efektif dan efisien.

Hakekat dan karakteristik matematika sekolah,menurut Ebbutt dan Straker

(1995,10-63) adalah:

a.Matematika sebagai kegiatn penulusuran pola dan hubungan

b. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi,intuisi,dan penemuan

c. Matematika sebagai pemecahan masalah (problem solving)

d.Matematika sebagai alat untuk komunikasi

Dengan memahami pilar pendidikan,hakekat dan karakteristik matematika sekolah,diharapkan guru mampu berinovasi dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga semua peserta didik terlibat dan merasakan kebermaknaan dari proses pembelajaran yang dilakukannya.

Menurut Dave Meier dalam buku The Accelerated Learning,mengungkapkan bahwa hal-hal yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan pembelajaran peserta didik adalah:

  1. Lingkungan belajar yang positif. Orang dapat belajar paling baik dalam lingkungan fisik,emosi,dan sosial yang positif, yaitu lingkungan yang tenang

sekaligus menggugah semangat.Adanya rasa keutuhan,keamanan,minat,dan

kegembiraan sangat penting untuk mengoptimalkan pembelajaran manusia.

  1. Keterlibatan pembelajar sepenuhnya.Orang dapat belajar paling baik jika dia terlibat secara penuh dan aktif serta mengambil tanggung jawab penuh atas usaha belajar sendiri.Dalam belajar menuntut peran serta semua pihak.Pengetahuan bukan sesuatu yang diserap secara pasif oleh seorang pelajar,melainkan sesuatu yang diciptakan secara aktif oleh pelajar.
  2. Kerjasama diantara pembelajar. Orang biasanya belajar paling baik dalam lingkungan kerja sama.Semua cara belajar cenderung bersifat social.Sementara cara belajar tradisional menenkankan persaingan diantara individu-individu yang terpisah.
  3. Variasi yang cocok untuk semua gaya belajar.Orang dapat belajar paling baik jika dia mempunyai banyak variasi pilihan belajar yang memungkinkan untuk memamfaatkan seluruh indranya dan menerapkan gaya belajar yang disukainya.Pembelajaran bukanya hidangan nasi rames namun sebagai jamuan prasmanan yang dipusatkan pada pembelajar dan ditujukan untuk mencapai hasil.
  4. Belajar Kontekstual.Belajar paling baik bisa dilakukan dengan mengerjakan pekerjaan itu sendiri dalam proses penyelaman ke"dunia-nyata",terus menerus,umpan balik,perenungan,evaluasi,dan penyelaman kembali.
  5. Semangat belajar.Pembelajaran yang baik tidak bersifat mekanis,tetapi membuat belajar lebih manusiawi,serta menempatkan pembelajar tepat di pusat.Pembelajar bukanlah wadah yang harus diisi tatapi api yang harus disulut.Program belajar tidak dipandang sebagai indoktrinasi,atua pengkondisian melainkan sarana untuk mengasuh kehidupan dan kecerdasan serta membangkitkan semangat sepenuhnya dalam diri pembelajar.
  6. Kegembiraan Belajar.Kegembiraan belajar merupakan penentu utama kualitas dan kuantitas belajar yang dapat terus dilangsungkan.

Kegembiraan bukan berarti menciptakan suasan rebut dan hura-hura,kemeriahan

yang dangkal.Namun "kegembiraan" ini berarti bangkitnya minat,adanya

keterlibatan penuh,dan terciptanya makna,pemahaman,nilai yang membahagiakan

pada diri si pembelajar.Dengan demikian "kegembiraan" melahirkan sesuatu yang


Dari uraian di atas terlihat,bahwa seorang pendidik (guru) sebelum masuk kelas untuk melaksanakan tugas pembelajaran harus memiliki persiapan yang matang dan mengantisipasi semua kemungkinan yang akan timbul pada saat proses pembelajaran berlangsung.Dengan kata lain bahwa seorang pendidik (guru) harus memiliki kompetensi professional pembelajaran,yang mencakup;(1) kompetensi merencanakan system pembelajaran,(2) melaksanakan system pembelajaran,(3) mengevaluasi system pembelajaran, dan(4) mengembangkan system pembelajaran (Hamzah B Uno,profesi kependidikan,19)

Ada dua katagori yang harus diperhatikan seorang pendidik (guru),supaya dalam proses pembelajaran peserta didik,benar-benar mampu berperan sebagai seseorang yang sedang belajar,yaitu:

  1. Konteks : konteks adalah latar untuk pengalaman guru,karena konteks merupakan

pengoptimalan lingkungan,motivasi,suasana,keseimbangan instrument dan

pembelajar,rancangan,yang harus dipadukan,sehingga akan menemukan semua

bagian yang dibutuhkan untuk menggubah : suasana yang

memberdayakan.Landasan yang kukuh,lingkungan yang mendukung,dan

raancangan belajar yang dinamis.

  1. Isi (content) : Guru harus mampu menemukan keterampilan penyampaian untuk

kurikulum apapun,disamping strategi yang dibutuhkan,meliputi: penyajian yang

prima,fasilitas yang luwes, keterampilan belajar untuk belajar,dan keterampilan

hidup.


B. Peran Serta Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran

Bidang studi matematika di sekolah merupakan salah satu bidang studi yang kurang peminat,karena dalam pikiran peserta didik sudah tercipta bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit,membuat kepala pusing,hanya orang-orang pintar saja yang mampu mempelajarinya.

Akibat kondisi seperti itu.pada saat terjadi proses pembelajaran matematika,antusias peserta didik untuk dapat menerapkan konsep yang telah mereka pahami supaya mampu mendapatkan konsep yang baru sangat rendah,hal ini terlihat dari peran serta

peserta didik dan minat belajar yang sangat rendah pada proses pembelajaran berlangsung.

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.Minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar.Jika kita mengharapkan bahwa pengalaman belajar merupakan kemampuan anak sepenuhnya,rangsangan harus diatur supaya bertepatan dengan minat anak, ini merupakan "saat siap belajar" (Elizabeth B Hurlock,114).

Menurut Elizabeth dalam buku Perkembangan Anak,minat mempunyai dua aspek,yaitu: (1) aspek kognitif yang didasarkan atas konsep yang dikembangkan anak mengenai bidang yang berkaitan dengan minat berdasarkan pengalaman pribadi, dan (2) aspek afektif yang dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minta.

Menurut Bobbi DePorter dalam buku Quantum Teaching,Untuk dapat menggali minat siswa dalam belajar guru harus mampu menjadikan ruang kelas menjadi suatu arena belajar yang menggairahkan,menakjubkan,sehingga siswa merasa nyaman ketika belajar dan menemukan pengalaman yang bermakna.Didalam kelas harus terjalin rasa simpati dan saling pengertian,adanya keceriaan,rasa saling memiliki,dan adanya keteladanan.

Tentunya hal ini menjadi suatu tantangan bagi pendidik (guru) dalam mengupayakan peningkatan minat dan peran serta peserta didik pada proses pembelajaran bidang studi matematika.


USAHA GURU (SAYA) DALAM MELIBATKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Salah satu upaya yang dapat dilakukan sebagai tahap pertama adalah menjalin hubungan dengan peserta didik melalui komunikasi yang baik.Dengan berusaha untuk mengenal lebih jauh siapa peserta didik yang kita hadapi,hal ini berdasarkan pengalaman dapat melalui beberapa pertanyaan yang diajukan guru ternyata mampu menjembatani keinginan seperti apa yang mereka harapkan dalam proses pembelajaran matematika.

Perasaan ingin dihargai,diakui keberadaannya merupakan hal yang mendominasi keinginan siswa.Artinya selama ini siswa merasa kurang diakui keberadaannya ketika proses pembelajaran berlangsung,dan berarti pula bahwa guru terlalu mendominasi kelas ketika proses pembelajaran berlangsung.

Berangkat dari informasi yang diperoleh secara langsung dari siswa,maka perubahan model pembelajaranpun sedikit demi sedikit dilakukan,dan ternyata apa yang didapatkan sesuatu yang cukup mengagumkan.Keterlibatan dan antusias belajar siswa meningkat ketika guru tidak lagi mendominasi pembelajaran,tidak lagi mencekoki peserta didik dengan pembelajaran melalui ceramah.

Dari pengalaman tersebut,menunjukkan bahwa rendahnya minat dan peran serta peserta didik bukan hanya karena pandangan mereka terhadap bidang studi matematika adalah bidang studi yang sulit dipelajari,melainkan sikap dan kreativitas guru yang harus terus ditingkatkan.

Bagaimana guru mampu memasuki dunia mereka,bagaimana guru merancang pembelajaran matematika yang sesuai dengan kondisi perkembangan psikologis mereka,merupakan hal yang sangat penting diketahui guru untuk dapat membelajarkan siswa.

Guru juga harus mampu merancang suasan kelas yang kondusif untuk siswa melakukan pembelajaran,disini sikap guru,keteladan guru turut menentukan sejauhmana siswa akan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.Karena sesungguhnya motivasi guru dalam pembelajaran akan menjadi salah satu pendorong berkembangnya minat siswa dalam pembelajaran.

Saat ini,yang harus diperhatikan guru adalah bagaimana membuat siswa mampu belajar bukan lagi bagaimana guru mengajar,karena pengajaran yang dilaksanakan bukan hanya sekedar transfer ilmu,tetapi lebih dari itu,bagaimana kemampuan peserta didik dapat berkembang secara optimal,Sehingga guru harus mampu menjadi fasilitator,motivator dan distributor dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian,keterampilan ,pengetahuan ,kreatifitas dan sikap inovatif guru dalam merancang pembelajaran harus senantiasa ditingkatkan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan,dan demi tercapainya kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum.


DAFTAR PUSTAKA

Bobbi DePorter dan Mike Hernacki,Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman

dan Menyenagkan,Mizan Median Utama,Bandung,2000

Bobbi DePorter,Mark Reardon, dan Sarah Singer Nourie,Quantum Teaching

Mempraktekan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, Mizan Median

Utama,Bandung,2005

Dave Meier,The Accelerated Learning Handbook, Mizan Median Utama,Bandung,2005

Elizabeth B Hurlock.alih bahasa Med Meitasari Tjandrasa.dr,Perkembangan Anak edisi 6

jilid 2,Erlangga IKAPI,,Jakarta

Hamzah B Uno,Prof.Dr.H.M.Pd,Profesi Kependidikan Problema,Solusi,dan Reformasi

Pendidikan di Indonesia,Bumi Aksara,Jakarta 2007

John A. Van De Walle, Matematika Pengembangan Pengajaran,edisi enem,

jilid 1,Erlangga, Jakarta ,2008

Kamis, 25 Desember 2008

Motivasi Dalam Pembelajaran Matematika

Semenjak saya mengajar matematika sampai sekarang,saya selalu mendapatkan informasi dari peserta didik bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit,memusingkan kepala,terlalu banyak rumus,dan pelajaran yang membuat tegang dan membosankan.Mereka sering mengatakan bahwa yang mampu mempelajari matematika hanyalah siswa yang pintar-pintar saja,dan mereka beranggapan bahwa dirinya akan selalu mendapatkan kesulitan ketika belajar matematika.Namun ketika saya tanyakan usaha apa saja yang telah mereka lakukan untuk supaya matematika menjadi terasa tidak sulit,hampir semuanya menjawab tidak ada karena tidak ada orang yang mampu membantu mereka untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi.Kemudian saya mengajukan lagi bebarapa pertanyaan,apakah anda mengatur pengeluaran uang jajan yang diberikan orang tua? Apakah anda menghitung berapa uang yang harus dibayar ketika anda melakukan pembelian/belanja?Apakah anda menghitung uang kembalian yang seharusnya anda dapatkan?Apakah anda suka memasangkan kaos/kemeja dengan celana/rok sebelum anda memakainya?Pernahkah anda memilih calon ketua dan wakil ketua OSIS? dan banyak lagi pertanyaan yang saya ajukan berkaitan dengan yang biasa mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari.Semua siswa pasti menjawab ya.Dan saya informasikan bahwa semua kegiatan yang saya tanyakan didalamnya termuat kegiatan matematika,artinya bahwa mereka semua telah mampu menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan matematika begitu melekat dalam kehidupan mereka.Akhirnya mereka memberikan tanggapan bahwa yang dimaksud sulit oleh mereka itu ketika mereka harus menggunakan rumus untuk menyelesaikan soal matematika apalagi kalau sudah ada simbol-simbol tertentu.
Dari pengalaman tersebut,saya mencoba menarik kesimpulan bahwa sesungguhnya para peserta didik bukanlah tidak mampu memahami konsep-konsep matematika,tetapi kebermaknaan matematika dalam kehidupan mereka sehari-hari belum sampai.Matematika yang ada dalam pikiran mereka hanya berupa ilmu pengetahuan.Matematika belum menjadi ilmu yang humanis.
Hal ini merupakan tantangan bagi saya khususnya dan bagi guru matematika pada umumnya,bagaimana mengembangkan/membangkitkan motivasi belajar siswa terhadap bidang studi matematika,karena jika kondisi di atas dibiarkan para peserta didik akan merasa mendapat pembenaran dari pemikiran mereka selama ini,sehingga pada proses pembelajaran matematika antusias mereka untuk mampu memahami matematika sangat kurang.
Selama ini saya selalu beranggapan bahwa kesulitan terbesar dalam pelaksanaan proses pembelajaran adalah membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
Saya baru tersadarkan oleh pernyataan dosen perencanaan Bapak Dr.Marsigit,bahwa sesungguhnya motivasi itu ada dalam pribadi guru itu sendiri.Bagaimana peserta didik termotivasi untuk melakukan proses pembelajaran matematika jika saya sendiri sebagai guru kurang kreatif dalam melakukan proses pembelajaran,bersikap pesimis bahwa siswa akan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan,tidak inovatif dalam melakukan proses pembelajaran.
Akhirnya kini pikiran saya merasa tercerahkan,ada harapan dan rasa optimis pada diri saya bahwa para peserta didik saya akan mampu melakukan proses pembelajaran,menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk mendapatkan konsep baru,motivasi mereka akan bangkit dan berkembang jika saya sendiri mau melakukan perubahan dan perbaikan dalam proses pembelajaran.semoga.

Matematika Nalaria Realistik (MNR)

Sekitar tiga tahun yang lalu,saya pernah mengikuti pelatihan Matematika Nalaria Realistik (MNR) yang diselenggarakan oleh Lembaga Adil Sempoa Mandiri(ASMA)Bandung,Kerja sama dengan Klinik Pendidikan MIPA(KPM)Bogor. Pelatihan tersebut dibimbing langsung oleh pimpinan KPM yaitu Dr.Ridwan Saputra.Pada pelatihan tersebut dibahas soal-soal matematika Realistik dengan fokus pada soal cerita.Hal yang menarik pada penyelesaian soal-soal adalah kita tidak harus selalu menggunakan rumus-rumus matematika,tetapi dapat diselesaikan dengan menggunakan kekuatan logika untuk dapat menemukan pola dari persoalan yang diberikan.
Harapan Dr.Ridwan dari pelaksanaan pelatihan ini adalah berkembangnya kemampuan nalar peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal matematika,dan berkembangnya kemampuan guru dalam membuat soal-soal matematika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik,sihingga peserta didik merasakan bahwa matematika sangat dekat atau melekat pada kehidupan mereka.
Materi pelatihan ini dikhususkan untuk anak-anak tingkat Sekolah Dasar yang memiliki minat tinggi terhadap pelajaran matematika,sehingga selesai pelatihan kami diharuskan membimbing maksimal 10 anak,kemudian perkembangan kemampuan anak dilaporkan setiap bulan melalui hasil tes dengan tujuan mencari anak berbakat matematika yang nantinya dibimbing langsung oleh beliau untuk dapat berkompetisi di tingkat internasioanl.
Sebulan setelah selesai pelatihan,saya mencoba membimbing 10 anak tingkat SD,pada awal pertemuan mereka merasa bahwa soal-soal yang mereka dapatkan walaupun realistik tetapi memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi.Namun seiring berjalannya waktu,walaupun yang mampu bertahan hanya 6 orang anak,namun saya dapat melihat perkembangan kemampuan nalar anak yang relatif pesat,dan anak-anak berkomentar setelah mempelajari soal-soal yang realistik dengan penekanan pada kekuatan nalar,mereka merasakan kemudahan dalam memahami materi-materi matematika yang mereka pelajari di sekolah.
Dengan berbekal pengalaman tersebut,saya mencoba menerapkan konsep matematika realistik ini pada peserta didik di sekolah dimana saya bertugas,dan ternyata bukan hal yang mudah untuk saya lakukan.Mengapa?kendalanya ada pada diri saya sendiri,kemampuan saya untuk membuat soal yang realistik dan sesuai dengan materi ajar yang harus dipelajari anak masih sangat minim.Pembuatan LKS yang kadang menjadikan siswa kebingungan karena ada hal yang kurang jelas atau terlewat untuk sampai pada kesimpulan yang seharusnya peserta didik temukan,penggunaan alat peraga yang kurang efektif,sehingga memerlukan waktu yang lebih banyak untuk dapat mencapai kompetensi yang diharapkan,dan ketika dilaksanakan tes berdasarkan pengalaman penggunaan alat peraga ,ternyata pengalaman mereka menggunakan alat peraga belum dapat mereka maknai.Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi diri saya sendiri,untuk terus berkreasi dan memperbaiki segala kekurangan berdasarkan pengalaman yang telah dijalani.
Satu hal yang saya yakini,bahwa pembelajaran matematika realistik akan sangat membantu peserta didik dalam memahami dan menemukan konsep-konsep matematika,juga akan mampu mengembangan potensi nalar peserta didik.